Thursday, June 30, 2016

Air Mana Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Akhirnya Tidak Di Bendung dan Luruh di Ruang Pesidangan. Semangat Pak...! Banyak Yang Mendukung



SIDOARJO – Pengadilan Negeri PN Sidoarjo kemarin diramaikan ratusan guru dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mereka datang untuk memberikan dukungan moral kepada Muhammad Samhudi, guru SMP Raden Rahmat Balongbendo yang dituding menganiaya muridnya, Arif (nama samaran).

Namun, sidang yang sejatinya memiliki agenda pembacaan tuntutan tersebut hanya berlangsung singkat, sekitar 15 menit. Hakim Riny Sasulih memutuskan menunda sidang itu hingga 18 Juli. Alasannya, jaksa belum siap membacakan tuntutan. Jaksa penuntut umum (JPU) Andrianis menyatakan, setelah sidang minggu lalu, pihaknya meminta terdakwa menempuh jalan damai dengan korban.

''Jadi, tuntutan dalam sidang hari ini memang belum siap,'' terang Andrianis kepada majelis hakim di ruang sidang utama PN kemarin.

Penundaan sidang tersebut membuat ratusan guru kecewa. Maklum, mereka jauh-jauh datang dari berbagai kota untuk mendampingi Samhudi dalam sidang.

''Tetap semangat Pak. Kami terus mendukung bapak. Bapak tidak sendiri,'' teriak para guru di ruang sidang utama PN Sidoarjo itu.

Aksi solidaritas tersebut membuat Samhudi terharu. Dia menangis. Samhudi seperti mencoba menahan beban berat di dadanya.

Samhudi yang kemarin mengenakan seragam PGRI itu lantas berdiri dari kursi terdakwa. Dia hanya bernapas panjang saat mendengar keputusan penundaan sidang. Dia kembali meneteskan air mata ketika meninggalkan gedung PN.

''Insya Allah saya siap,'' katanya lirih.

Sidang itu kali ketujuh yang harus dijalani Samhudi. Dia dilaporkan ke Polsek Balongbendo oleh orang tua Arif pada 8 Februari. Ayah Arif yang seorang tentara itu menuding Samhudi telah mencubit anaknya sampai memar. Namun, Samhudi membantah tuduhan itu

''Saya tidak pernah mencubit anak itu. Apalagi sampai memar,'' ungkapnya.

Samhudi menuturkan bahwa peristiwa itu terjadi pada 3 Februari. Saat itu seluruh murid melaksanakan salat Duha di masjid sekolah. Namun, Arif justru terlihat duduk-duduk di pinggir sungai. Sebagai seorang guru, dia lantas menegur Arif dan mengajaknya salat berjamaah dengan mengelus pundak.

''Saya hanya mengelus, tidak mencubit, apalagi memukul. Saya hanya mengingatkan,'' ujarnya.

Setelah dilaporkan ke polisi, Samhudi mengaku bingung. Sebab, dia merasa tidak melakukan penganiayaan.

Dia juga telah mencoba mendatangi orang tua murid untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Namun, usahanya gagal. ''Sudah tiga kali saya datangi. Orang tuanya hanya ingin menyerahkan masalah pada proses hukum,'' ucapnya.

Sementara itu, pihak korban juga melaporkan kasus tersebut ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Konselor P2TP2A Vira Meyrawati membenarkan adanya laporan itu. Pihaknya mendampingi korban sejak perkara tersebut dilaporkan hingga berjalannya sidang.

Dia menegaskan, pihak korban sebenarnya ingin perkara itu diselesaikan dengan damai. Vira pun membenarkan bahwa dirinya juga beberapa kali ikut mendampingi mediasi. Namun, tidak ada jalan keluar. Sebab, permintaan pihak korban tidak kunjung dipenuhi oleh pihak sekolah.

''Pihak korban ingin tersangka segera dinonaktifkan dari sekolah tersebut. Tapi, ndak dipenuhi, ya sudah sidangnya lanjut,'' tuturnya. (ayu/tib/c20/oni/flo/jpnn)
Continue Reading →

Wednesday, June 29, 2016

Tersangka Pembunuh “Restu Wahyu Bachtiar” Jalani 13 Adegan Rekonstruksi


BANYUWANGI – Kasus pembunuhan karyawan KSU Mahkota, Rogojampi, direka ulang kemarin. Saplani Mistah alias Aan, 25, yang diduga sebagai pelaku pembunuhan memeragakan 13 adegan rekonstruksi pembunuhan dengan korban Restu Wahyu Bachtiar.

Semula reka ulang itu akan digelar di lokasi kejadian. Dengan berbagai pertimbangan, rekonstruksi dilaksanakan di Mapolres Banyuwangi. “Lebih aman kita gelar di polres saja. Sebab, cuacanya tidak mendukung, sering hujan. Ketika hujan, TKP juga sulit dijangkau,” beber AKP Stevie Arnold Rampengan, Kasatreskrim Polres Banyuwangi.

Dalam reka ulang kemarin, Saplani memeragakan 13 adegan. Korban diperagakan oleh Bambang, tenaga sipil Polres Banyuwangi. Dalam adegan itu terjawab nyawa Restu kandas di dua kali hantaman kayu. Pukulan pertama mendarat di kepala bagian kiri.

Pukulan kedua mendarat di bagian kanan. Meski mendapat pukulan dua kali di kepala, Restu tidak langsung menemui ajal. Pelaku sempat menyeretnya menuju dapur dan membersihkan wajah korban yang berlumuran darah.

Saat itu Saplani melihat korban sekarat hingga kemudian menemui ajal. Melihat korban tewas, Saplani menutupinya dengan karung goni. Sejurus kemudian dia membungkus badan korban dengan plastik dan diikat tali.

Menggunakan motor korban, Saplani membuang mayat korban di Jembatan Kedung Growong, Dusun Balokan, Desa Dasri, Keca matan Tegalsari. Saplani menghabisi nyawa Bachtiar lantaran korban lebih dulu memukul dan menagih utang dengan cara tidak sopan.

“Dia menantang dan berkata kasar kepada saya,” akunya usai menjalani rekonstruksi. Sekadar tahu, mayat Restu Wahyu Bachtiar, 20, salah satu karyawan Koperasi Serba Usaha (KSU) Mahkota, ditemukan warga di dekat Jembatan Kedung Growong, Dusun Balokan, Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari, pada Sabtu 21 Mei lalu.

Setelah 20 hari melakukan penyelidikan, polisi berhasil menangkap pelaku yang diduga telah menghabisi korban tersebut. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Mayatnya ditemukan terbungkus plastik. Ada beberapa luka lebam dan bekas benturan benda tumpul di kepalanya.

Pelaku tidak lain adalah Saplani, nasabah KSU Mahkota Rogojampi. Saplani merupakan nasabah KSU Mahkota Rogojampi. Dia meminjam uang ke koperasi senilai Rp 500 ribu. Dalam perjalanannya, utang itu dicicil hingga tersisa Rp 185 ribu.

Saat ditagih Restu, pelaku sedang berada di Surabaya. Restu pun menagih sisa utang kepada istri pelaku. Saat menagih itu diduga muncul kata-kata tidak mengenakkan. Hingga akhirnya terjadi perkelahian dan membuat nyawa Restu Wahyu Bachtiar melayang. (radar)
Continue Reading →

Hari Pertama PPDB Di Usilin Hacker, Hari Kedua Makin Amburadul Karena Faktor Human Error Operator PPDB


Dispendik Tegaskan karena Faktor Human Error Operator PPDB

BANYUWANGI – Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur reguler dengan sistem online dirancang dengan tujuan mempermudah proses pendaftaran. Faktanya, sistem itu malah membuat para wali murid dan siswa dihantui kecemasan.

Hari kedua PPDB jalur reguler kemarin terlihat sistem online masih belum berjalan dengan baik. Jika hari pertama terkesan kacau, pada hari kedua tambah amburadul. Kesalahan-kesalahan itu, antara lain tidak cocoknya nilai skor sebenarnya dengan nilai skor yang terpampang di website ppdb. banyuwangikab.go.id.

Nilai skor di website dirasa lebih kecil daripada nilai skor yang sebenarnya. Tentu kondisi seperti itu berpengaruh terhadap peringkat pendaftar. Kesalahan itu menyebabkan wali murid kecewa. Tak sedikit wali murid yang berbondong-bondong ke sekolah asal anaknya untuk menanyakan selisih skor sebenarnya dengan di website.

”Kalau saya hitung skor anak saya seharusnya di angka 900-an, tapi di website hanya mencapai 520. Saya kira ini ada keteledoran operator,” ujar Rudi Mahrus, salah satu wali murid asal Kelurahan Tukangkayu yang mendaftarkan anaknya di SMAN 1 Giri kemarin.

Kasus seperti ini tidak hanya terjadi pada pendaftar SMA. Pendaftar tingkat SMP juga mengalami hal yang sama. “Nilai uasda dan UAS sudah masuk, tapi nilai rapor belum masuk. Makanya skor anak saya di website menjadi kecil,” keluh Ach. Amroni, salah satu wali murid yang mendaftarkan anaknya di SMPN 1 Banyuwangi.

Kehadiran sistem PPDB online sebenarnya sangat mempermudah proses. Namun, jika prosesnya masih membingungkan para wali murid dan pendaftar, tentu hal itu sangat merugikan. Selain memakan waktu cukup lama, wali murid panik karena anaknya tidak bisa masuk ke sekolah yang diinginkan.

”Saya belani sampai tidak masuk kerja demi anak saya. Kasihan anak saya kalau begini. Mudah-mudahan cepat teratasi semua kendala yang ada,” terangnya. Selain mengadu ke sekolah, banyak juga ditemukan wali murid yang ngelurug ke kantor Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi.

Mereka yang datang ke Dispendik adalah para calon pendaftar dari luar kota. Mereka datang untuk menanyakan nomor registrasi yang digunakan untuk pendaftaran online. Kenyataannya, meski sudah memberikan persyaratan rekomendasi, nomor registrasi juga belum ada di tangan para wali murid dan pendaftar.

”Kita belum dapat nomor registrasi, jadi anak saya belum bisa mendaftar di sistem online. Padahal, besok (hari ini) terakhir pendaftaran,” jelas Asrul, 49, salah satu orang tua pendaftar pindahan dari Bali. Sekretaris Dispendik Banyuwangi, Dwi Yanto, saat ditemui di kantornya tidak menampik amburadulnya proses PPDB online itu.

Menurut Dwi, kondisi seperti itu disebabkan human error pihak operator. Nilai skor yang seharusnya sudah terkonversi dari Kurikulum 13 (K13) ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum sepenuhnya terlaksana. “Hal ini yang membuat nilai skor menjadi tidak sesuai nilai sebenarnya,’’ kata Dwi.

Terkait temuan itu, pihaknya langsung melakukan proses konversi nilai dari Kurikulum K13 ke KTSP. Tercatat sampai pukul 11.00 kemarin sudah ada ratusan pendaftar yang nilai skor sudah terkonversi ke nilai KTSP.

”Bagi pendaftar yang melakukan pendaftaran di atas pukul 11.00 siang tadi (kemarin) saya jamin nilai skornya sudah sesuai. Tapi yang mendaftar sejak hari Senin sampai pukul 11.00 siang ini (kemarin) masih kami lakukan pembenahan,” jelas Dwi.

Tidak hanya ketimpangan terkait nilai skor pendaftar, ada juga keluhan dari wali murid yang tidak bisa mendaftarkan anaknya ke jalur reguler. Sebelumnya mereka sudah mendaftarkan anaknya ke jalur mandiri, tapi tidak diterima.

Dwi Yanto menjelaskan, kasus tersebut disebabkan pihak operator lupa melakukan delete data pendaftaran yang tidak diterima di jalur mandiri. ”PPDB saat ini menggunakan sistem jaring laba-laba, jadi kalau belum dihapus itu masih dianggap sudah mendaftar. Saat ini kami lakukan penghapusan dulu,” ujar Dwi Yanto.

Ditanya siapa yang bertanggung jawab atas keteledoran pihak operator tersebut, Dwi Yanto secara diplomatis menjawab masalah itu merupakan tanggung jawab Dispendik Banyuwangi selaku panitia PPDB. Sebab, pihaknya tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dan langsung mempercayakan kepada pihak operator yang ditugaskan untuk melakukan pendataan nilai skor.

”Sistem sudah bagus, ini hanya karena human error. Kami akan terus perbaiki sampai benar-benar tidak ada masalah,“ tegasnya. Dia mengimbau wali murid dan pendaftar agar tetap tenang dan bisa memantau nilai anaknya di rumah. Sebab, hasil pendaftaran bisa dilihat langsung di website yang sudah disediakan tanpa harus datang ke sekolah dan kantor Dipendik Banyuwangi.

”PPDB online berlaku 24 jam. Kalau besok (hari ini) masih belum tuntas juga permasalahannya, kami akan rapat dengan MKKS dan bila perlu pendaftaran akan kami perpanjang sampai pukul 10.00 Rabu (29/6) besok,” tuturnya.

Langkah-langkah lain dalam menghadapi permasalahan itu, Dispendik akan melakukan uji publik menganai ketimpangan nilai skor yang terjadi. Apabila nanti masih ditemukan ada kesalahan nilai skor di website dengan kenyataan, wali murid bisa melaporkan hal itu kepada pihak sekolah asal. (radar)
Continue Reading →

Tuesday, June 28, 2016

Tawuran, Dua Pemuda Luka Tusuk di Kecamatan Gambiran


GAMBIRAN – Aksi tawuran antara pemuda Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, dengan sejumlah pemuda dari Desa/Kecamatan Gambiran terjadi sekitar pukul 01.30 Senin dini hari (27/6).

Dalam tawuran yang terjadi di Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, itu dua pemuda asal Desa Gambiran, Ageng dan Boceng, mengalami luka tusuk senjata tajam (sajam) di bagian dada dan perut. Dari informasi yang berhasil dikumpulkan Jawa Pos Radar Genteng, aksi tawuran antar pemu da itu dipicu salah paham.

Awalnya, sejumlah pemuda nongkrong di pinggir jalan Desa Yosomulyo. Pada saat bersamaan, ada sejumlah pemuda Desa Gambiran lewat naik motor. Saat melintas naik motor itu, kawanan pemuda asal Desa Gambiran memainkan gas. Itu membuat sejumlah pemuda asal Desa Yosomulyo tersinggung.

“Anak-anak Yosomulyo mengejar,” terang salah satu sumber di Polsek Gambiran. Upaya kawanan pemuda Desa Yosomulyo mengejar pemuda dari Desa Gambiran itu berhasil dan langsung menghajar mereka.

“Sebelumnya cekcok dulu, lalu tawuran. Anak-anak dari Desa Gambiran kabur,” ungkapnya. Tidak lama, sejumlah pemuda Desa Gambiran kembali datang. Kali ini jumlah mereka cukup banyak. Dengan naik mobil pikap mereka mencari sejumlah pemuda Desa Yosomulyo yang telah mengeroyoknya.

“Akhirnya tawuran lagi. Dua anak Desa Gambiran terluka di perut dan dadanya,” cetus anggota yang minta namanya tidak dikorankan itu. Kapolsek Gambiran, AKP Suwanto Barri, saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Genteng menyebut tawuran itu hanya salam paham bukan karena dendam.

“Mereka datang ke polsek untuk laporan, lalu kita periksa,” cetusnya. Untuk mengusut kasus itu, pihaknya masih memeriksa sejumlah saksi. Korban yang terluka, oleh keluarga dibawa ke rumah sakit. “Yang sakit sudah diobati di rumah sakit dan juga sudah pulang,” ungkapnya. (radar)
Continue Reading →

Kena Serangan Hacker, PPDB Hari Pertama Sedikit Mengalami Kekacauan di Banyuwangi


GIRI – Hari pertama pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur online sedikit mengalami kendala. Proses input data terjadi kekacauan, sehingga sistem pendaftaran yang ditargetkan bisa diakses pada pukul 08.00 nyatanya baru bisa dibuka pukul 09.15.

Hal tersebut otomatis membuat para orang tua siswa yang ingin dibantu pendaftarannya semakin memadati meja operator PPDB di se kolah-sekolah. Seperti di SMPN 1 Giri, sejak pagi orang tua siswa sudah datang mendaftar. Tak sedikit orang tua siswa memilih mendatangi kantor Dinas Pendidikan Banyuwangi.

“Kami sudah berusaha memasukkan data sesuai petunjuk, tapi tetap saja tidak bisa diakses. Kasihan pendaftar harus berlama-lama memasukkan data,’’ keluh Suhaili, warga Lateng, yang mengantarkan keponakannya mendaftar PPDB.

Meski sistem pendaftaran bisa dibuka, permasalahan lain muncul saat terjadi beberapa kesalahan teknis. Seperti nilai siswa yang tidak muncul. Kemudian, ada pula cetakan bukti pendaftaran yang kosong. Hal tersebut membuat proses pendaftaran menjadi lebih lama. Sebab, operator harus menyelesaikan satu persatu kendala teknis tersebut.

“Ini ada nilai PKN dan IPS siswa yang hilang ketika didaftarkan operator. Ada juga nilai matematika siswa yang hilang waktu daftar dari mode umum. Ini tadi ada poin peraturan yang berbeda sama perbup. Kita harus selesaikan dulu satu-satu,” terang Imam, operator PPDB SMPN 1 Giri.

Kendala teknis tersebut sempat disebut-sebut diakibatkan ulah hacker yang sengaja mengacaukan sistem untuk memanipulasi data. Kejadian semacam itu sering terjadi secara acak, terutama saat PPDB berlangsung.

“Ada indikasi ini ulah hacker. Karena sering seperti ini, padahal waktu simulasi lancar-lancar saja,” ujar Khoiri, salah seorang operator. Sementara itu, Kasi SMP dan SMA Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sutikno, mengatakan sejak pagi memang terjadi kendala teknis.

Terutama disebabkan banyaknya pendaftar yang mengakses website PPDB dalam waktu bersamaan. Kosongnya nilai yang menimpa beberapa pendaftar terjadi karena efek lambatnya jaringan. Selain itu, ada beberapa sekolah yang memang belum mengisikan nilai murid mereka secara utuh ke database Dispendik Banyuwangi. Hal itulah yang menimbulkan permasalahan saat PPDB online hari pertama.

“Kita terus perbaiki, insya-Allah besok sudah bisa diakses dengan mudah. Ada kemungkinan juga hacker bermain. Tapi operator kita sudah siap,’’ jelas Sutikno. Tahun sebelumnya, kejadian yang sama terjadi dalam penyelenggaraan PPDB online.

Bahkan, sampai hari ketiga masih ditemukan kendala teknis seperti nilai tidak masuk dan sistem yang tidak bisa dibuka. Tahun ini Dinas Pendidikan melakukan perbaikan engan menggunakan panitia lokal dan jaringan lokal untuk mem permudah proses PPDB.

Sebab, tahun sebelumnya sistem PPDB dikerjakan secara nasional oleh Pustekom. Sehingga, kendala apa pun yang terjadi di lapangan harus menanti perbaikan oleh operator pusat. “Tahun ini kita kerjasama dengan Dishubkominfo dan Telkom. Termasuk pengadaan server sendiri supaya jika ada kendala bisa ditangani langsung,” ujar Kepala Dispendik Banyuwangi, Sulihtiyono. (radar)
Continue Reading →

Kabar Gembira Menjelang Hari Berkah, Uang THR Pegawai Negeri Telah Cair


BANYUWANGI – Kabar gembira bagi kalangan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Banyuwangi. Hari ini (27/6), para abdi negara tersebut bakal menerima pencairan gaji ke-14 alias tunjangan hari raya (THR).

Pencairan THR bagi kalangan PNS di Bumi Blambangan dilakukan menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun  2016 tanggal 17 Juni lalu. PP Nomor 19 tersebut mengatur pemberian tunjangan hari daya dalam  tahun anggaran 2016 kepada PNS, prajurit TNI, anggota Polri, pejabat negara.
THR merupakan penganti kenaikan gaji PNS setiap tahun. Setiap PNS akan menerima THR  sebesar satu kali gaji pokok yang diterima masing-masing individu. “Gaji ke-14 PNS insya-Allah bisa dicairkan Senin (hari ini),” ujar Sekretaris Kabupaten  (Sekkab) Slamet Kariyono kemarin (26/6).
Namun sayang, Sekkab mengaku tidak ingat  total dana yang akan dikeluarkan untuk membayar THR para PNS di Banyuwangi tersebut. “Angka  pastinya di Pak Djajat (Kepala Badan Pengelolaan Aset dan Kekayaan Daerah (BPKAD, Djajat Sudrajat,  Red),” kata dia.
Informasi yang berhasil dikumpulkan wartawan  Jawa Pos Radar Banyuwangi, selain akan  menerima THR, pundi-pundi keuangan para PNS di lingkungan Pemkab Banyuwangi akan kembali menerima kucuran dana usai Idul Fitri mendatang.
Dua hari setelah hari kerja efektif berlaku, tepatnya pada 13 Juli, para PNS akan menerima pembayaran gaji ke-13. Kabar baiknya lagi, nominal gaji ke-13 tersebut lebih besar daripada nominal THR yang diterima masing-masing PNS.
Jika THR yang dibayar kepada setiap PNS “hanya” sebesar sekali gaji  pokok, gaji ke-14 yang akan mereka terima bakal lebih tinggi lantaran meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan lain, seperti halnya pembayaran gaji yang mereka terima  setiap bulan.
Sementara itu, Kepala BPKAD, Djajat Sudrajat mengakui nominal gaji ke-13 dan gaji ke-14 yang akan diterima masing-masing PNS berbeda. “Gaji ke-13 sebesar satu kali gaji pokok dan tunjangan, sedangkan gaji ke-14 hanya sebesar satu kali gaji pokok. Maka selisihnya cukup siginifikan,” kata dia beberapa hari lalu (13/6).
Namun sama seperti Sekkab Slamet, ketika ditanya total dana yang dibutuhkan untuk  membayar gaji ke-13 dan gaji ke-14 tersebut,  Djajat mengaku lupa angka pastinya. (radar)
Continue Reading →

Ketahuilah, Inilah Penyebab Banjir Yang Melanda Muncar Minggu Kemarin


Banjir yang melanda tiga desa, yakni Desa Tembokrejo, Desa Kedungringin, dan Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, itu diduga karena menyempitnya saluran drainase. Selain itu, juga akibat banyaknya bangunan liar  yang dibangun di atas sungai.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Kusiyadi, mengatakan hasil penelusuran yang dilakukan di sekitar lokasi banjir, diketahui banjir itu akibat luapan air persawahan. Banjir itu juga disebabkan mengecilnya  sejumlah sungai dan bangunan liar.
“Kami sudah koordinasi dengan camat dan kepala desa untuk segera ditertibkan,” ujar Kusiyadi. Banjir yang disebabkan karena saluran air yang menyempit itu bisa dilihat di Dusun Tratas, Desa  Kedungringin. Di sekitar tempat itu sungai semakin sempit karena terimpit oleh bangunan pabrik.
“Sungai itu satu-satunya pembuangan air. Sekarang  tertutup bangunan pabrik pengolahan ikan milik CV. Sumber Asia,” ungkap Alam, 64, warga yang tinggal di Dusun Tratas, Desa Kedungringin. Sebelum ada pembangunan pabrik, terang dia, saluran air itu lebarnya sekitar empat meter. Kini menyempit hingga lebarnya tinggal 1,5 meter.
“Air tersumbat karena selokannya kecil dan sempit. Kami mohon ini segera ditertibkan agar tidak banjir lagi,” pinta Bisri, 43, warga lain. Selama ini warga telah beberapa kali melayangkan protes ke pihak pabrik melalui desa setempat. Tetapi, hingga kini belum ada tanggapan.
Warga sebenarnya sudah kesal menyikapi kondisi di wilayahnya itu. Apalagi kondisinya bertambah parah hingga dua kali banjir dalam sebulan. “Kalau tidak segera diselesaikan, kami bersama warga akan protes besar-besaran,” cetus, Darjo, 54, warga Dusun Tratas lainnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo, saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya mengatakan genangan air yang meluber ke persawahan hingga menggenangi perkampungan di Desa Tembokrejo, Kecamatan  Muncar, itu karena debit air Sungai Komis  mencapai 40 meter kubik per detik setelah  turun hujan hingga sehari semalam.
Sungai Komis itu, terang dia, merupakan pertemuan dari sawah-sawah yang dialiri oleh beberapa dam, seperti Dam Rokso Joyo, Dam Tajab, Dam Komis 1, Dam Komis  2, Dam Leprak, dan Dam Gembleng kanan yang berada di tiga desa, yakni Desa Parijatah Wetan, Desa Parijatah Kulon, dan Desa Wonosobo Kecamatan Srono.
Menurut Guntur, petugas penjaga pintu air (PPA) di Dam Komis sudah membuka pintu flushing sejak Minggu malam (26/6), sekitar pukul 19.00. “Debit air sangat besar, tidak  mampu dialirkan melalui pintu flushing dan mercu bendung, sehingga melimpah ke luar  sungai, dan itu diperparah adanya penyumbatan sampah bambu pada pintu air,” jelas Guntur.
Guntur mengaku telah mengambil langkah-langkah jangka pendek dengan membersihkan sumbatan pada Dam Komis. “Langkah jangka menengah, kami akan mendesain ulang Dam Komis sesuai analisis debit air akibat perubahan tata guna tanah di daerah Dam Komis,” bebernya. (radar)
Continue Reading →

Thursday, June 23, 2016

Kematian Ratna Masih Janggal, Indikasi Gantung Diri Masih Di Pertanyakan, Mulai dari Kaki Yang Menyentuh Tanah, Hingga Bekas Tali Mati di Bawah Telinga



BANYUWANGI – Penyebab kematian Ratna Permata Sari, 34, ibu rumah tangga yang ditemukan menggantung di kusen kamar rumahnya Perumahan Sobo Indah Permai Blok H02 masih menjadi teka-teki. Sejauh ini penyidik Polsekta Banyuwangi masih melakukan pemeriksaan kepada saksi-saksi, termasuk suami korban, Cahyo Laksono.

Kapolsek Banyuwangi AKP I Ketut Redana mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apa yang menjadi penyebab dari tewasnya Ratna Permata Sari ini. Dari hasil penyelidikan yang dilakukan namun diketahui bahwa hubungan antara korban dan suami memang sedang tak harmonis.

”Dari hasil keterangan para saksi yang kami kumpulkan diketahui antara korban dan suami memang sedang ada masalah,” jelas Ketut Redana. Saat ditanya apakah ada unsur keterlibatan dari suami korban atas kejadian ini, Ketut menegaskan belum bisa menentukan. Sebab, sejauh ini penyidik masih melakukan pemeriksaan mendalam kepada saksi-saksi terkait.

”Faktanya korban tewas gantung diri. Penyebab pastinya apa kita masih selidiki, kami tidak bisa menduga-duga,” tegas Ketut. Sementara itu, beberapa jam setelah kejadian Selasa (21/6) kemarin, mayat korban langsung diotopsi di RSUD Blambangan.

Dari hasil otopsi yang dilakukan oleh tim dokter, ada fakta menarik terkait tewasnya ibu dua anak tersebut. Tim dokter menyebutkan, jeratan yang ada di leher korban saat ditemukan gantung diri bukan karena beban tubuh selayaknya orang gantung diri.

Solakhudin, Dokter Instalasi Kedokteran Kehakiman (IKK) RSUD Blambangan menjelasakan, dari pemeriksaan luar ditemukan sebuah simpul mati di leher sebelah kiri korban, tepatnya di bawah telinga. Kemudian ditemukan juga dari bekas jeratan kain yang ada di leher korban.

“Jeratan alurnya bukan vertikal seperti orang gantung diri pada umumnya. Tapi jeratanya diagonal. Pemeriksaan dalam kami tidak menemukan patah tulang leher,’’ jelas Solakhudin. Dia menambahkan, penyebab pasti tewasnya korban karena aliran oksigen yang menuju ke otak terhenti atau dalam istilah medisnya disebut asveksia.

Ditanya apakah penyebab tewasnya korban karena ada unsur kesengajaan atau tidak, Solakhudin tidak bisa menjawab. ”Itu bukan ranah kami, lebih baik tanya ke polisi saja. Yang jelas, saat kami periksa, jeratan di leher korban bukan karena beban tubuhnya,” pungkasnya.

Hingga berita ini ditulis suami korban, Cahyo Laksono, yang berstatus saksi masih berada di Polsek Banyuwangi. Dia dimintai keterangan untuk mengetahui latar belakang kematian sang istri. Dari informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, ternyata orang yang kali pertama menemukan korban gantung diri bukan suaminya.

”Yang pertama kali mengetahui adalah saudaranya. Awalnya mencari rumah korban, terus saya kasih tahu posisi rumahnya. Saat masuk rumah dia langsung kaget dan teriak- teriak,” ujar Andri Prasetyo, tetangga korban. Adanya ketidakharomisan antara korban dan suami juga disampaikan oleh tetangga korban lainnya, Dufailini Rawit.

Dia mengatakan, dirinya pernah dicurhati oleh suami korban. Dalam curhatnya, Cahyo mengatakan bahwa istrinya sering meminta uang berlebih kepadannya. Bahkan korban juga per ah menuduh suaminya selingkuh.

”Suami korban ini pernah bercerita kalau dirinya dituduh selingkuh. Padahal dia sudah kerja mati-matian,” jelas Dufaliani. Sementara itu, pagi kemarin jenazah Ratna dibawa ke rumah orang tuanya di Gang Mutiara, Kelurahan Lateng, Banyuwangi.

Sekitar pukul 08.00 jenazah langsung dimakamkan. Seperti diberitakan sebelumnya, ketenangan warga Perumahan Sobo menjelang berbuka puasa terusik, petang kemarin. Seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Sobo Blok H 02 ditemukan tak bernyawa dengan cara gantung diri.

Korban diketahui bernama Ratna Permata Sari, 34, warga Perumahan Sobo Blok H 02. Korban ditemukan tergantung di kusen pintu kamar rumahnya dengan sebuah kain yang mengikat di sebuah kusen kamarnya. (radar)
Continue Reading →

Wednesday, June 22, 2016

Ratna Permata Sari Ibu Rumah Tangga Perumahan Sobo Meninggal Gantung Diri di Pintu Kamarnya


Ketenangan warga Perumahan Sobo menjelang berbuka puasa terusik, petang kemarin. Seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Sobo Blok H 02 ditemukan tak bernyawa dengan cara gantung diri.

Korban diketahui bernama Ratna Permata Sari, 34, warga Perumahan Sobo Blok H 02. Korban ditemukan tergantung di kusen pintu kamar rumahnya. Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, kejadian ini pertama kali diketahui oleh suami korban Cahyo Laksono sekitar pukul 17.00.

Saat itu dirinya hendak mencari istrinya yang ada di di dalam rumah. Nah, saat dia menuju kamar Cahyo mendapati istrinya sudah dalam keadaan tergantung di kusen pintu kamar. Tahu kejadian ini, dia langsung melaporkan kejadian ini ke tetangga dan langsung dilaporkan ke Polsek Banyuwanngi.

Tidak lama kemudian petugas datang ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk kemudian dilakukan olah TKP oleh tim Reskrim Polsek Banyuwangi. Selanjutnya, jenazah korban yang tergantung diturunkan dengan dibantu warga.

Petang itu juga jenazah korban dilarikan ke kamar mayat RSUD Blambangan. Sampai di RSUD, mayat korban diotopsi guna mengetahui lebih dalam apa yang menjadi penyebab tewasnya ibu rumah tangga tersebut.

Selain melakukan olah TKP, petugas kepolisian juga langsung menggiring beberapa saksi ke Mapolsek Banyuwangi untuk mengorek keterangan dari saksi-saksi termasuk suami korban Cahyo Laksono. Hingga berita ini ditulis proses pemeriksaan saksi masih terus dilakukan.

”Kita masih melakukan penyelidikan. Beberapa saksi masih kami periksa. Saksi yang kami periksa dari unsur keluarga korban,” jelas Kapolsek Banyuwangi AKP I Ketut Redana melalui Kanit Reskrim Ipda Maskur.

Saat dihubungi Jawa Pos Radar Banyuwangi, Maskur masih belum bisa menjelaskan secara rinci apa yang menjadi motif tewasnya ibu rumah tangga yang memiliki alamat KTP di Kelurahan Lateng tersebut. Sebab, proses pemeriksaan saksi-saksi masih berlangsung.

“Mohon beri waktu dulu untuk kami periksa saksi. Kami belum bisa tentukan motif nya apa. Nanti kalau semua pemeriksaan saksi dan otopsi sele sai, baru kami sampaikan,” tegasnya. Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, sebelum kejadian antara korban dan suaminya terjadi perselisihan., Sempat terjadi perdebatan kecil antara korban dan suami di dalam rumah di Kelurahan Sobo tersebut.

”Informasinya sebelum kejadian suami dan korban memang bertengkar,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya. Informasi lain menyebutkan, kematian korban bukan akibat gantung diri.

Ada dugaan, korban sengaja dihabisi oleh seseorang lalu digantungkan ke kusen seolah seperti orang gantung diri. Untuk menyelidiki kebenaran itu, rumah korban diapsasang police line oleh aparat kepolsian. (radar)
Continue Reading →

Tuesday, June 21, 2016

Ibu Muda Warga Kelurahan Lateng Banyuwangi Meninggal Bunuh Diri Setelah Cekcok dengan Suaminya



Seorang perempuan warga Perumahan Sobo Permai, Banyuwangi ditemukan tewas gantung diri di pintu kamar rumahnya. Belum diketahui pasti motif dari bunuh diri Ratna Permatasari (34) warga Kelurahan Lateng Banyuwangi ini.


Sebelum mengakhiri hidup, korban dan suaminya sempat terdengar cekcok. Ibu rumah tangga dua anak ini ditemukan menggantung sekitar pukul 16.30 WIB. Lehernya terjerat kain panjang yang terikat di pintu kamar. 

"Tadi ada warga yang mau bertamu, tahu-tahu korban sudah meninggal gantung diri," kata Andri, tetangga korban kepada sejumlah wartawan, Selasa (21/6/2016).

Pria ini mengatakan, terakhir korban terlihat berbelanja di warung, sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah itu, tak terlihat lagi. Selama ini, korban dikenal tertutup. Korban bersama suaminya, Pendot Cahyo Laksono (38), sejak setahun terakhir mengontrak di rumah tersebut. Menurut Andri yang rumahnya berdekatan, korban dan suami tak pernah terdengar cekcok. 

Kejadian ini menarik perhatian warga. Mereka berusaha mendekat untuk melihat.Keluarga korban yang tiba di lokasi berteriak histeris, termasuk suami korban. 

Setelah olah TKP, polisi mengevakuasi jenazah korban. Polisi langsung memberi batas rumah korban dengan police line. Sementara, untuk proses autopsi, korban dibawa ke RSUD Blambangan, Banyuwangi. 

Polisi masih menelusuri pemicu peristiwa ini. Apalagi, kondisi korban mencurgikan. Sebab, posisi kaki korban menyentuh lantai. Idealnya, posisi bunuh diri, kakinya menggantung. Kursi yang digunakan juga tak roboh, padahal berbahan plastik. 

"Kami masih melakukan penyelidikan. Kami menunggu visum dari dokter RSUD Blambangan. Mohon maaf kami tak mau berspekulasi," ujar Kapolsek Kota Banyuwangi AKP Ketut Redana. 
Continue Reading →

Thursday, June 9, 2016

Uniknya perahu bambu dan sampah sterefoam di Pondok Nongko Banyuwangi

Ada yang unik di Banyuwangi, barangkali juga satu-satunya. Bila umumnya sebuah perahu jukung terbuat dari bahan kayu atau fiber para nelayan di Pantai Kedung Deres, Desa Pondok Nongko, Kecamatan Kabat, punya ide lain. Nelayan di sana membuat perahu jukung dari bahan bambu yang dibilah-bilah.

Bila dilihat kasat mata, perahu bilahan bambu tersebut tidak mungkin bisa mengambang. Setiap bilahan bambu yang didesain persis perahu jukung, terdapat celah masuknya air. Agar bisa mengambang nelayan memberi tumpukan sterefoam pada bagian dalam perahu.

“Perahu bambu asal mula karena keterbatasan ekonomi nelayan. Awalnya pohon pisang sekitar 20 tahunan yang lalu. Karena berat dayungnya, akhirnya pakai ban dalam mobil, atasnya pakai bambu. Dikembangkan lagi bambu dirakit tengahnya pakai sterefoam,” ujar Abdulrosyid, salah satu nelayan Pantai Kedung Deres, kepada Merdeka Banyuwangi (5/6).
Perahu bambu Desa Pondok Nongko Banyuwangi
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Pantai Kedung Deres, termasuk pesisir Selat Bali. Satu garis pesisir dengan Pantai Boom dan Cemara. Perjalanan dengan kendaraan bermotor, dari Kota Banyuwangi ke Pantai Kedung Deres hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Sampai di sana, Anda akan melihat puluhan perahu dari bahan bambu.

Ide menggunakan pelampung sterefoam bermula saat nelayan melihat banyaknya sampah sterefoam di pesisir Panti Kedung Deres. Setelah nelayan menggunakan perahu dari bahan bambu, akhirnya sterefoam yang tercecer di pesisir pantai bisa berguna. Sampah yang sulit terurai dan tidak busuk tersebut, akhirnya menjadi semakin berkurang.

“Sekalian bersihkan juga, soalnya di sini dulu sampah sterefoam-nya banyak. Kalau rakitan bambunya harus diganti kalau sudah berumur dua tahun. Menurut saya dan teman-teman, ini perahu yang paling aman, bocor semua tapi gak tenggelam,” jelasnya.
 
Rosyid mengatakan, nelayan telah menggunakan perahu bambu  sejak 10 tahun yang lalu untuk membelah derasnya arus Selat Bali. Dia bersama teman-temannya menjamin penggunaan perahu bambu. Meski didesain bocor, perahu bambu akan tetap mengambang berkat sterefoam.
Perahu bambu khas pesisir Pantai Kedung Deres 
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Sejak tahun 2014, Rosyid bersama 30-an lebih nelayan Desa Pondok Nongko bersepakat membuat kelompok konservasi Pantai Kedung Deres. Untuk menjaga dan melindungi dari aktivitas perusakan lingkungan, serta pencurian aneka satwa di sana.

Kelompok tersebut diberi nama Deling Seganten. Diambil dari bahasa sansekerta yang memiliki arti Bambu dan Laut. Sesuai dengan senjata atau perahu yang mereka gunakan.

Bila Anda ingin berkunjung ke Pantai Kedung Deres, bisa diakses menggunakan sepeda motor. Sangat cocok dikunjungi saat sore hari, melihat beragam satwa yang dilindung di pantai Kedung Deres dengan latar belakang perairan selat Bali, dan tentunya puluhan perahu bambu yang unik.
Continue Reading →

Kapal Landing Craft Tank (LCT) Putri Sritanjung I milik Pemkab Banyuwangi, tenggelam di pantai Banyuwangi


Kapal Landing Craft Tank (LCT) Putri Sritanjung I milik Pemkab Banyuwangi, tenggelam di pantai Banyuwangi Beach, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Rabu (8/6/2016). Kondisi kapal sudah sebagian tenggelam. 

"Kapal tenggelam sebagian. Kejadian sekitar pukul 20.30 WIB," ujar Ship Traffick Control (STC) Pelabuhan ASDP Ketapang, Poniman, kepada detikcom, Rabu (8/6/2016).

Buritan kapal yang terdapat anjungan tampak sudah tertutup air laut. Sementara haluan atau bagian pintu kapal berada di pantai. Kapal ini sudah 3 bulan mangkrak di areal docking Pelabuhan ASDP Ketapang. 
Foto: Kapal yang tenggelam (Ardian/detikcom)

Menurut Poniman, sebelum tenggelam, kapal ini sudah kemasukan air sejak pagi. Pihaknya sudah mengingatkan PT Pelayaran Banyuwangi Sejati (PBS) selaku pengelola kapal LCT Putri Sritanjung I untuk menguras air yang masuk ke dalam kapal. Namun lantaran sudah terlambat, air sudah banyak masuk ke buritan.

"Kami sudah mengingatkan ke manajemen PT PBS untuk segera menguras. Sudah dilakukan tapi ternyata tidak mampu. Karena buritan lebih berat makanya langsung tenggelam," ujarnya.

Sementara untuk status kapal saat ini, tambah Poniman, saat ini memang off untuk melayani pelayaran. Kapal dalam kondisi transisi perbaikan atau docking.

"Kapal tidak melayani pelayaran. Tidak ada korban jiwa," pungkasnya.

Sementara itu, tenggelamnya kapal LCT Putri Sritanjung I menjadi tontonan warga. Polisi dari Satuan Polisi Air Polres Banyuwangi memberi police line lokasi tenggelamnya kapal tersebut. (detik,com)
Continue Reading →

Kapal Pemkab Bayuwangi yang Tenggelam Diangkat Pagi Ini



Kapal LCT Putri Sritanjung I tenggelam di pantai Banyuwangi Beach atau dermaga milik ASDP Ketapang, Banyuwangi. PT Pelayaran Banyuwangi Sejati (PBS) sebagai pengelola mengatakan akan mengangkat kapal buatan tahun 2002 itu pagi ini.


"Segera kita tarik ke darat pagi ini. Kita sudah kontak galangan kapal untuk membawakan alat untuk menarik dan mengangkat kapal di darat," ujar Direktur PT PBS, Wahyudi kepada detikcom, Kamis (9/6/2016) dini hari.

Menurut Wahyudi, penyebab tenggelamnya kapal tersebut lantaran human error. Sebab, kru kapal yang seharusnya berjaga di kapal tersebut tak ada di lokasi. Hanya dua kelasi yang sudah sejak pagi berjaga di kapal tersebut.

"Ini human error. Nakhoda dan kru kapal yang lain tak ada di lokasi. Seharusnya mereka ada di sini. Kita sudah siapkan alkon untuk menyedot air dari buritan kapal. Tapi lantaran air yang masuk lebih banyak akhirnya tenggelam," keluh Wahyudi.

Kapal milik Pemkab Banyuwangi ini memang kondisinya sudah 3 bulan tak beroperasi. Manajemen PT PBS sengaja memarkir kapal tersebut di dermaga ASDP Ketapang. Kapal yang merupakan pengadaan usaha Pemkab tahun 2002 ini, kata Wahyudi, sudah harus masuk docking sejak Oktober 2015 lalu. 

Namun dalam perhitungan bisnis akan merugikan manajemen PT PBS. Menurutnya, PT PBS hanya menyewa kapal milik Pemkab Banyuwangi ini.

"Perhitungan bisnis kita akan rugi jika docking. Makanya kita hentikan operasionalnya. Kita akan perbaiki lagi dan kita akan serahkan ke Pemkab Banyuwangi," pungkasnya.

Pemkab Banyuwangi memiliki dua kapal LCT, yakni kapal LCT Putri Sritanjung dan LCT Putri Sritanjung I. Kapal tersebut beroperasi sejak tahun 2002 lalu dari pengadaan usaha Pemkab Banyuwangi sebesar Rp 15 miliar di tahun 2001. Dua kapal yang selama ini menjadi aset penambah PAD Banyuwangi ini, sudah beroperasi lebih dari 10 tahun itu sudah balik modal. (detik,com)
Continue Reading →

Banjir Yang Menggenangi 4 Dusun di Banyuwangi Sudah Berangsur Surut

Banjir yang menggenangi empat dusun di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, sudah mulai surut. Kendaraan pun kini sudah dapat melintas. Dari pantauan Humas Banyuwangi di lokasi pada Rabu siang (8/6), air yang semula mencapai pinggang orang dewasa, pada Rabu dini hari, kini sudah surut. Tinggi air hanya tinggal semata kaki saja. Sebelumnya wilayah itu tak bisa dilewati kendaraan, tapi sekarang sudah.
Empat dusun tersebut yakni; Dusun Krajan, Desa Kedungwringin; Dusun Krajan, Desa Kedungrejo; Dusun Kabat Mantren, Desa Wringinputih; dan Dusun Kedungdandang, Desa Tapanrejo. Dusun-dusun itu berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Blambangan. Khusus Wringin putih, siang tadi masih terlihat genangan air lantaran dusun tersebut terkena imbas banjir Sungai Blambangan, juga mendapat kiriman banjir rob dari Pantai Muncar.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, Kusiyadi, mengatakan banjir ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Muncar selama empat jam. Hujan ini terjadi sejak Selasa malam pukul 23.00 WIB hingga Rabu dini hari pukul 02.30 WIB. Akibat hujan ini, permukaan air Sungai Blambangan meluap hingga puncak debitnya mencapai 255 meter kubik per detik.
"BPBD bersama Forpimka turun ke lapangan sejak malam tadi. Kami dapat kabar pukul 02.00 dini hari, satu jam kemudian staf kami sudah langsung turun ke lokasi," ujar Kusiyadi.
BPBD pun langsung melakukan sejumlah tindakan. Mulai dari evakuasi warga, membantu korban, hingga upaya pengurangan genangan air. "Evakuasi hanya terjadi pada satu perempuan paruh baya yang kebetulan rumahnya di pinggir sungai. Satu korban seorang perempuan juga meninggal akibat tersengat listrik saat banjir menggenangi rumahnya," katanya.
Korban meninggal tersebut adalah Maisah (41), warga Dusun Krajan, Desa Kedungringin, Muncar. Saat itu korban hendak menolong suaminya, namun tersengat listrik dari kabel kipas angin yang ada di dalam rumahnya.
Untuk mengurangi genangan banjir, lanjut Kusiyadi, pihaknya juga melakukan penyedotan di titik-titik yang genangan airnya cukup tinggi, yakni Desa Kedungringin yang sempat mencapai 100 centimeter.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Guntur Priambodo, mengatakan hal mirip. Menurut dia hujan deras selama empat jam membuat debit sungai naik terjadi overtopping, dan meluap melebihi tangkis Sungai Blambangan. Ini ditunjang pula pendangkalan di Sungai Blambangan.
"Kami segera membuat tangkis sungai pada titik-titik terendah, melebarkan jembatan Kedung Rejo dan melakukan normalisasi Sungai Blambangan pada titik pendangkalan. Ini memang di luar dugaan kami, karena selama ini tidak pernah terjadi luapan sebesar ini," ujar Guntur.
Kusiyadi menambahkan, banjir mengakibatkan aspal jalan di Dusun Kedungdandang, Desa Tapanrejo, tergerus sepanjang 50 meter. Di dusun yang sama, pagar jembatan ambrol. "Dari laporan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan terdapat areal sawah yang tergenang banjir. Sawah padi seluas 2 hektare, tanaman kedelai 2 hektare, dan kebun buah naga 1 hektare," ujar Kusiyadi.
Continue Reading →

Wednesday, June 8, 2016

Ini syarat dari Bupati Anas jika PLN jadi bangun tower mirip 'Eiffel' Lengkap dengan Lift Untuk Berfoto

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberi syarat jika PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ingin membangun tower di Banyuwangi. Salah satu syaratnya harus mendidik bagi warga Banyuwangi.
Apalagi, kabarnya tower bernama Jawa-Bali Crossing yang rencananya akan dibangun di Grand Watudodol, Kecamatan Kalipuro, ini memiliki ketinggian 376 meter, lebih tinggi dari menara Eiffel Paris, Prancis, yang hanya 325 meter.
Tower PLN serupa juga bakal dibangun di Segara Rupek, Jembarana, Bali. ‎"Karena ini lebih tinggi dari Menara Eiffel, maka kami memberi beberapa catatan, sebagai prasyaratnya," kata Anas usai pertemuan PLN di Lounge Pemkab Banyuwangi, Kamis (2/6).
Syarat pertama, kata Anas, karena ini monumen nasional yang cukup bagus momentumnya, maka menara ini nanti akan kita dorong menjadi bagian destinasi wisata. "Kami meminta ada lift‎, sehingga orang bisa naik, minimal bisa untuk selfie dan sebagainya," katanya.
Anas melanjutkan, "pertama menjadi destinasi wisata baru yang didesain, mereka akan punya kaitan dengan tempat yang mungkin orang tidak punya experience (pengalaman). Nah dengan berada di sini (Jawa-Bali Crossing) mereka bisa memiliki experience."
Syarat kedua, pembangunan tower harus memiliki manfaat dan edukasi. "Kami juga usul, ini bisa menjadi museum. Museum energi atau PLN. Nah, jadi tempat ini ada museumnya dan bisa memberi edukasi," ujarnya.
Menurut Anas, dengan adanya museum di sekitar Tower Jawa-Bali Crossing, pengunjung bisa menambah pengetahuan tentang listrik.
"Tidak semua orang tahu soal kelistrikan. Dengan adanya museum, orang akan tahu fungsi-fungsi kelistrikan. Ini bisa memberi edukasi. Jadi, ‎semua proyek-proyek di Banyuwangi harus bernilai humanis dan memberi edukasi," ujarnya.
Sebelumnya, ‎PT PLN berencana membangun tower penguat jalur listrik Jawa-Bali di Banyuwangi yang akan terkoneksi dengan Industri Pembangkit Listrik di Paiton, Probolinggo.
Menurut Business Director of East Java and Bali Region PT PLN, Amin Subekti, dua tower listrik yang akan dibangun di Banyuwangi dan Bali ini memiliki ketinggian 376 meter dengan bentangan 2,68 kilometer.
Amin menjelaskan, PLN kini tengah menyiapkan rencana pembebasan lahan dan proses tender. "Jadwal kita, akhir 2018 atau awal 2019 selesai. Jadi paling lambat tahun itu (2019). Sekarang kita lagi persiapan masalah pembebasan tanah. Kemudian proses tender dan mudah-mudahan bisa segera selesai," ujar Amin.
Di depan Anas, Amin juga menerangkan fungsi pembangunan mega-proyek tersebut di Banyuwangi. Kata Amin, tower itu nanti berfungsi untuk menyalurkan listrik se-Jawa Bali.
"Ini bisa menyalurkan listrik dari Jawa ke Bali atau sebaliknya. Jika Jawa kekurangan, bisa diambil dari Bali. Jadi fungsinya dua arah, bukan satu arah. Tower ini juga akan dikoneksikan dengan Industri Pembangkit Listrik (PLTU) di Paiton, Probolinggo," kata Amin.
Selain pembangunan dua tower di Banyuwangi dan Bali ini, PLN juga akan mendirikan jalur 500 kilovolt (Kv) atau jalur Saluran Udara Extra Tinggi (Sutet) yang menghubungkan ke Paiton.
"Nah, nanti bukan hanya menjadi penguat Jawa-Bali saja, tapi juga penguatan dari Paiton ke Banyuwangi sendiri. Karena di sini (Banyuwangi) dalam catatan kami, banyak sekali pengembangan, mulai dari sisi UKM maupun industrinya. Jadi ini juga membantu perkembangan Banyuwangi," katanya.

Continue Reading →

Pasarkan produk Banyuwangi di Bali, Anas resmikan outlet Ikawangi-Dewa

Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas, meresmikan outlet dan Sekretariat
Ikatan Keluarga Banyuwangi di Jalan Mahendradata Selatan, Kota Denpasar, Bali, Sabtu (4/6).
Pendirian outlet, bertujuan memasarkan produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Banyuwangi di Bali. Sedangkan sekretariat berfungsi sebagai home-base warga Banyuwangi yang tinggal di Pulau Dewata ‎(Ikawangi-Dewata).
Menurut Bupati Anas, Ikawangi banyak tersebar di seluruh daerah. Bahkan ada juga di luar negeri seperti Taiwan, Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya.
Ikawangi, kata Anas, tidak hanya sekadar paguyupan orang-orang Tanah Blambangan yang ada di luar daerah, tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial, seperti mendirikan yayasan yatim-piatu dan sebagainya.
Tak hanya itu, seperti Ikawangi-Dewata misalnya. Mereka mendirikan outlet di Pulau Dewata untuk memasarkan produk UMKM Banyuwangi, ‎seperti baju batik, makanan olahan dari buah naga, udang serta produk-produk UMKM lainnya.
"Outlet ini inisiatif Ikawangi sendiri. Produk-produk yang dijual diambilkan langsung dari Banyuwangi. Dan outlet ini bisa menjadi rumah representatif bagi warga Banyuwangi," kata Anas usai melaunching Outlet Ikawangi-Dewata.
Tempat ini, lanjut dia, juga bisa ‎menjadi sekretariat dan tempat berkumpulnya warga Banyuwangi yang ada di Bali. "Ikawangi kini memang terus tumbuh besar. Selain di Bali, ad juga di Kalimantan dan daerah-daerah lain, termasuk di seluruh Pulau Jawa. Bahkan ada yang sampai di luar negeri," katanya lagi.
Menurutnya, keberadaan Ikawai sangat penting‎ untuk ikut mempromosikan the Sunrise of Java di daerah tempat Ikawangi tinggal. "Meski tumbuh besar, Ikawangi tak perlu ada strukturisasi. Sebab ini hanya sekadar paguyuban, yang berdiri karena inisiatif warga Banyuwangi di daerah lain," tegasnya.
Meski hanya sekadar paguyuban, Anas berjanji, Ikawangi di daerah-daerah luar Banyuwangi, tetap bisa terus bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah daerah asal (Banyuwangi).
"Ikawangi adalah wadah orang-orang yang ada hubungan dengan Banyuwangi. Ada yang lahir di Banyuwangi, ada yang pernah bersekolah di Banyuwangi hingga orang-orang yang hanya sekadar jatuh cinta pada Banyuwangi. Jadi mereka tetap bisa bersinergi dengan daerah asalnya," ungkapnya.
Sekadar tahu, Ikawangi lahir Tahun 1972 di Jakarta. Paguyuban orang-orang Tanah Blambangan ini, awalnya berpikir bagaiman menggalang silaturahmi perantauan di Jakarta. Kemudian lahirlah Paguyuban Warga Banyuwangi Jakarta Raya yang disingkat Pewangi Jawa. Di Tahun 1991, berubah menjadi Ikawangi.
Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Banyuwangi, Wiyono mengatakan, saat ini, Ikawangi di luar negeri, khususnya di Taiwan ada sekitar 20 ribu orang. Bahkan, Ikawangi di Taiwan ini, bisa mendirikan yayasan yatim piatu, sosial, dan sekolah di negeri orang.
"Tahun 2011 lalu, Ikawangi di Taiwan pernah membantu anak dari keluarga miskin di Tampo, Banyuwangi yang sedang sakit. Dana yang dikumpulkan untuk membantu si anak sakit itu mencapai Rp 100 juta," cerita Wiyono yang mengaku pernah diundang Ikawangi di Taiwan.
Di tempat sama, Ketua Ikawangi-Dewata, Bambang Sutiyono mengatakan, ‎selama ini Ikawangi-Dewata kerapa menggelar pagelaran budaya di Bali, untuk mengenalkan tradisi Tanah Osing.
Selanjutnya, Ikawangi-Dewata ingin membantu memasarkan produk-produk asli Banyuwangi di Bali dengan cara mendirikan outlet. "Ini sebagai upaya untuk membantu agar produk-produk dari UMKM Banyuwangi bisa dipasarkan di Bali," tandasnya.
Continue Reading →

Berita Acak