Banjir yang melanda tiga desa, yakni Desa Tembokrejo, Desa Kedungringin, dan Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, itu diduga karena menyempitnya saluran drainase. Selain itu, juga akibat banyaknya bangunan liar yang dibangun di atas sungai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Kusiyadi, mengatakan hasil penelusuran yang dilakukan di sekitar lokasi banjir, diketahui banjir itu akibat luapan air persawahan. Banjir itu juga disebabkan mengecilnya sejumlah sungai dan bangunan liar.
“Kami sudah koordinasi dengan camat dan kepala desa untuk segera ditertibkan,” ujar Kusiyadi. Banjir yang disebabkan karena saluran air yang menyempit itu bisa dilihat di Dusun Tratas, Desa Kedungringin. Di sekitar tempat itu sungai semakin sempit karena terimpit oleh bangunan pabrik.
“Sungai itu satu-satunya pembuangan air. Sekarang tertutup bangunan pabrik pengolahan ikan milik CV. Sumber Asia,” ungkap Alam, 64, warga yang tinggal di Dusun Tratas, Desa Kedungringin. Sebelum ada pembangunan pabrik, terang dia, saluran air itu lebarnya sekitar empat meter. Kini menyempit hingga lebarnya tinggal 1,5 meter.
“Air tersumbat karena selokannya kecil dan sempit. Kami mohon ini segera ditertibkan agar tidak banjir lagi,” pinta Bisri, 43, warga lain. Selama ini warga telah beberapa kali melayangkan protes ke pihak pabrik melalui desa setempat. Tetapi, hingga kini belum ada tanggapan.
Warga sebenarnya sudah kesal menyikapi kondisi di wilayahnya itu. Apalagi kondisinya bertambah parah hingga dua kali banjir dalam sebulan. “Kalau tidak segera diselesaikan, kami bersama warga akan protes besar-besaran,” cetus, Darjo, 54, warga Dusun Tratas lainnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo, saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya mengatakan genangan air yang meluber ke persawahan hingga menggenangi perkampungan di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, itu karena debit air Sungai Komis mencapai 40 meter kubik per detik setelah turun hujan hingga sehari semalam.
Sungai Komis itu, terang dia, merupakan pertemuan dari sawah-sawah yang dialiri oleh beberapa dam, seperti Dam Rokso Joyo, Dam Tajab, Dam Komis 1, Dam Komis 2, Dam Leprak, dan Dam Gembleng kanan yang berada di tiga desa, yakni Desa Parijatah Wetan, Desa Parijatah Kulon, dan Desa Wonosobo Kecamatan Srono.
Menurut Guntur, petugas penjaga pintu air (PPA) di Dam Komis sudah membuka pintu flushing sejak Minggu malam (26/6), sekitar pukul 19.00. “Debit air sangat besar, tidak mampu dialirkan melalui pintu flushing dan mercu bendung, sehingga melimpah ke luar sungai, dan itu diperparah adanya penyumbatan sampah bambu pada pintu air,” jelas Guntur.
Guntur mengaku telah mengambil langkah-langkah jangka pendek dengan membersihkan sumbatan pada Dam Komis. “Langkah jangka menengah, kami akan mendesain ulang Dam Komis sesuai analisis debit air akibat perubahan tata guna tanah di daerah Dam Komis,” bebernya. (radar)
0 komentar:
Post a Comment