Friday, July 29, 2016

Didominasi Turis Luar Negeri, Sehari 1.000 Lebih Pengunjung Mendaki Gunung Ijen

 

LICIN – Destinasi wisata Gunung Ijen masih menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Kendati asap belerang dari kawah Ijen terus meningkat, pengunjung tetap enjoy menikmati eksotisme puncak gunung yang memiliki ketinggian 2.443 meter di atas permukaan air laut (MDPL) tersebut.

Meningkatnya aktivitas gas belerang Gunung Ijen saat musim penghujan itu tampaknya tidak menyurutkan niat wisatawan datang ke gunung yang terletak di perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso tersebut. Setiap harinya tercatat ada sekitar 1.000 pengunjung lebih yang mengunjungi Gunung Ijen.

Banyaknya pengujung ke Gunung Ijen didominasi pengunjung dari luar negeri. Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi Rabu (27/7) kemarin halaman parkir di Pos Paltuding, Gunung Ijen, dipenuhi kendaraan para wisatawan yang akan menuju puncak kawah.

Wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Alam (KWA) Ijen banyak yang datang malam hari karena mereka memburu fenomena alam blue fire yang hanya bisa disaksikan sebelum matahari terbit. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, M. Yanuarta Bramuda, mengatakan banyaknya wisatawan yang menuju Gunung Ijen mulai terjadi pasca Idul Fitri.

Setiap hari pengunjung KWA Ijen setelah Lebaran memang terpantau sangat ramai. Memasuki awal bulan Juli ini, menurut Bram, pengunjung Ijen dari luar negeri lebih banyak dibandingkan sebelumnya. “Sejak awal bulan Juli bule banyak yang menuju Ijen. Meningkat sekitar 10 persen jumlah pengunjung bulenya,” jelas Bram, panggilan akrabnya.

Dia menyadari banyaknya wisatawan yang memenuhi Gunung Ijen setiap hari itu memang didominasi wisatawan luar negeri. Sebab, sejak Juli hingga September nanti adalah liburannya orang-orang luar negeri. Disbudpar Banyuurangi mencatat, sejak awal juli lalu per hari wisatawan yang menuju Gunung Ijen, baik lokal maupun luar negeri, mencapai 1.000 pengunjung lebih.

“Tahun lalu ramai mulai Agustus dan puncaknya September. Tahun ini sejak awal juli sudah mulai ramai,” tandasnya.  Dia menambhkan, wisatawan mancanegara yang datang ke Gunung Ijen masih didominasi warga asing asal Australia, Prancis, Austria, dan Belgia.

Banyaknya wisatawan luar negeri yang datang ke Banyuwangi itu, menurut Bram, disebabkan tempat wisata di Pulau Bali sudah krodit dipenuhi wisatawan luar negeri. ”Di Bali sudah ramai dan macet. Mereka yang datang ke Ijen ini adalah wisatawan yang suka tempat wisata dengan suasana alam,” tambah Bram.

Dampak banyaknya wisatawan dari luar negeri ke Ijen itu juga berdampak baik bagi pengelola travel di Banyuwangi. Tidak hanya itu, okupansi hotel di Banyuwangi juga mengalami peningkatan sejak Ijen banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.

“Tingkat hunian hotel di Banyuwangi mencapai 90 persen. Mayoritas adalah pengunjung Ijen,” tuturnya. Sementara itu, meski kondisi gas belerang di dasar kawah Gunung Ijen sedang meningkat intensitasnya karena musim hujan yang berkepanjangan, tapi itu tidak membuat pengunjung Ijen enggan datang ke kawah Gunung Ijen.

Pihak BBKSDA Jatim di Gunung Ijen tetap memasang rambu-rambu di atas kawah Gunung Ijen agar wisatawan tidak mendekat ke dasar kawah dengan radius 1 km. “Status masih normal, hanya gasnya yang meningkat. Pendakian tidak dilarang, hanya diimbau berhati-hati karena gasnya lebih pekat saat hujan,” pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Banyuwangi juga terpantau terjadi di Kawasan Wisata Alam (KWA) Ijen. Hampir setiap hari dilaporkan hujan lebat terjadi di KWA Ijen, baik siang maupun malam.

Dengan curah hujan yang cukup tinggi di sana membuat gas H2S atau gas belerang di gunung yang berada di ketinggian 2.443 md pl itu terpantau lebih pekat daripada sebelumnya.  Pantauan pihak Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen, secara visual gas H2S di dasar kawah Gunung Ijen memang terpantau mengalami peningkatan dari segi kepekatan gas belerang.

Meski terpantau secara visual mengalami peningkatan gas belerang, tapi hal itu tidak terlalu berbahaya karena peningkatan gas belerang di Gunung Ijen tidak terlalu signifikan. Hujan lebat yang sering mengguyur KWA Ijen juga dirasa bisa membahayakan para pendaki. Selain gas belerang yang mengalami peningkatan, dengan curah hujan yang tinggi tentu jalur pendakian sangat licin. (radar)

0 komentar:

Post a Comment

Berita Acak