LICIN – Destinasi wisata Gunung Ijen
masih menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Kendati asap belerang dari kawah Ijen terus meningkat, pengunjung tetap
enjoy menikmati eksotisme puncak gunung yang memiliki ketinggian 2.443
meter di atas permukaan air laut (MDPL) tersebut.
Meningkatnya aktivitas gas belerang
Gunung Ijen saat musim penghujan itu tampaknya tidak menyurutkan niat
wisatawan datang ke gunung yang terletak di perbatasan Banyuwangi dan
Bondowoso tersebut. Setiap harinya tercatat ada sekitar 1.000 pengunjung
lebih yang mengunjungi Gunung Ijen.
Banyaknya pengujung ke Gunung Ijen
didominasi pengunjung dari luar negeri. Pantauan Jawa Pos Radar
Banyuwangi Rabu (27/7) kemarin halaman parkir di Pos Paltuding, Gunung
Ijen, dipenuhi kendaraan para wisatawan yang akan menuju puncak kawah.
Wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata
Alam (KWA) Ijen banyak yang datang malam hari karena mereka memburu
fenomena alam blue fire yang hanya bisa disaksikan sebelum matahari
terbit. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi,
M. Yanuarta Bramuda, mengatakan banyaknya wisatawan yang menuju Gunung
Ijen mulai terjadi pasca Idul Fitri.
Setiap hari pengunjung KWA Ijen setelah
Lebaran memang terpantau sangat ramai. Memasuki awal bulan Juli ini,
menurut Bram, pengunjung Ijen dari luar negeri lebih banyak dibandingkan
sebelumnya. “Sejak awal bulan Juli bule banyak yang menuju Ijen.
Meningkat sekitar 10 persen jumlah pengunjung bulenya,” jelas Bram,
panggilan akrabnya.
Dia menyadari banyaknya wisatawan yang
memenuhi Gunung Ijen setiap hari itu memang didominasi wisatawan luar
negeri. Sebab, sejak Juli hingga September nanti adalah liburannya
orang-orang luar negeri. Disbudpar Banyuurangi mencatat, sejak awal juli
lalu per hari wisatawan yang menuju Gunung Ijen, baik lokal maupun luar
negeri, mencapai 1.000 pengunjung lebih.
“Tahun lalu ramai mulai Agustus dan
puncaknya September. Tahun ini sejak awal juli sudah mulai ramai,”
tandasnya. Dia menambhkan, wisatawan mancanegara yang datang ke Gunung
Ijen masih didominasi warga asing asal Australia, Prancis, Austria, dan
Belgia.
Banyaknya wisatawan luar negeri yang
datang ke Banyuwangi itu, menurut Bram, disebabkan tempat wisata di
Pulau Bali sudah krodit dipenuhi wisatawan luar negeri. ”Di Bali sudah
ramai dan macet. Mereka yang datang ke Ijen ini adalah wisatawan yang
suka tempat wisata dengan suasana alam,” tambah Bram.
Dampak banyaknya wisatawan dari luar
negeri ke Ijen itu juga berdampak baik bagi pengelola travel di
Banyuwangi. Tidak hanya itu, okupansi hotel di Banyuwangi juga mengalami
peningkatan sejak Ijen banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
“Tingkat hunian hotel di Banyuwangi
mencapai 90 persen. Mayoritas adalah pengunjung Ijen,” tuturnya.
Sementara itu, meski kondisi gas belerang di dasar kawah Gunung Ijen
sedang meningkat intensitasnya karena musim hujan yang berkepanjangan,
tapi itu tidak membuat pengunjung Ijen enggan datang ke kawah Gunung
Ijen.
Pihak BBKSDA Jatim di Gunung Ijen tetap
memasang rambu-rambu di atas kawah Gunung Ijen agar wisatawan tidak
mendekat ke dasar kawah dengan radius 1 km. “Status masih normal, hanya
gasnya yang meningkat. Pendakian tidak dilarang, hanya diimbau
berhati-hati karena gasnya lebih pekat saat hujan,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, curah
hujan yang cukup tinggi di wilayah Banyuwangi juga terpantau terjadi di
Kawasan Wisata Alam (KWA) Ijen. Hampir setiap hari dilaporkan hujan
lebat terjadi di KWA Ijen, baik siang maupun malam.
Dengan curah hujan yang cukup tinggi di
sana membuat gas H2S atau gas belerang di gunung yang berada di
ketinggian 2.443 md pl itu terpantau lebih pekat daripada sebelumnya.
Pantauan pihak Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen, secara visual gas
H2S di dasar kawah Gunung Ijen memang terpantau mengalami peningkatan
dari segi kepekatan gas belerang.
Meski terpantau secara visual mengalami
peningkatan gas belerang, tapi hal itu tidak terlalu berbahaya karena
peningkatan gas belerang di Gunung Ijen tidak terlalu signifikan. Hujan
lebat yang sering mengguyur KWA Ijen juga dirasa bisa membahayakan para
pendaki. Selain gas belerang yang mengalami peningkatan, dengan curah
hujan yang tinggi tentu jalur pendakian sangat licin. (radar)
0 komentar:
Post a Comment