Di kalangan masyarakat Banyuwangi, wilayah Gumitir yang menghubungkan Kabupaten Jember dan Banyuwangi ini memang dikenal angker. Menurut Wikipedia, nama Gumitir berasal dari nama bunga Gumitir yang merupakan tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan, di Bali bunga tersebut banyak digunakan untuk membuat sesajen.
Bunga Gumitir , konon prospek ekonomisnya tinggi (sumber : Kampung-media.com) |
Menurut legenda, nama Gumitir berasal dari kisah Damar Wulan dalam sejarah kerajaan Blambangan yang sedang berperang dengan kerajaan Majapahit. Dikisahkan Damar Wulan yang berasal dari Majapahit mendapat tugas membunuh Menak Jinggo. Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, di tengah jalan menuju Majapahit ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender. Dengan tipu muslihat, keduanya berhasil menipu dan membunuh Damar Wulan serta merampas kepala Menak Jinggo. Namun oleh seorang pertapa, Damar Wulan dihidupkan kembali. Nah, gunung tempat terjadinya peristiwa tersebut akhirnya dikenal dengan nama Gunung Kumitir atau Gunung Gumitir.
Pembangunan jalan raya Gumitir yang menghubungkan Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi ini pertama kali dirintis pada awal-awal abad 19 oleh pemerintahan kolonial Belanda. Sebagaimana pembuatan jalan lain, pengerjaan jalan tersebut dilakukan dengan cara kerja paksa atau lebih dikenal dengan istilah kerja rodi. Para pekerja bekerja tanpa upah dan istirahat yang cukup, sehingga banyak pekerja yang mati akibat penyiksaan dan kelaparan.
Berikut foto-foto yang menggambarkan suasana pembuatan jalan Gumitir.
Barangkali ini awal-awal pembangunan jalan lintas Gumitir ? (sumber : Satrinyleneh.blogspot.com) |
Pembuatan jalan lintas Gumitir , tidak ada penjelasan waktu pembuatannya. (sumber : Santrinleneh.blogpsot.com) |
Kondisi jalan lintas Gumitir pada tahun 1910 (sumber : Antoniuscp.wordpress.com). Jika merujuk data tahun pengambilan gambar ini dan melihat kondisi jalan yang sudah jadi, berarti dua gambar diatas tentang awal pembangunan jalan lintas Gumitir sangat mungkin terjadi pada tahun-tahun awal atau menjelang abad 19, mengingat bahwa medan jalan tersebut sangat berat, tentunya dibutuhkan waktu yang cukup lama pembuatannya. |
Pengaspalan jalan raya Gumitir pada tahun 1922. Perhatikan gambar, jalan tersebut membelah sebuah batu raksasa. Ini adalah lokasi jalan tertinggi di Gunung Gumitir yang dikenal dengan nama Watu Gudang. Jika pada foto sebelumnya jalan Gumitir pada tahun 1910 sudah jadi meski masih berupa tanah, maka foto ini dengan tahun pengambilan lebih belakang (1922) justru menunjukkan jalannya sedang dalam proses pengaspalan. Bisa jadi foto ini menunjukkan bahwa jalan Gumitir mengalami perbaikan (diaspal) setelah sebelumnya masih berupa jalan tanah. (sumber : Grup FB Banjoewangi Tempoe Dooeloe) |
Di masa-masa awal kemerdekaan, Gunung Gumitir dikenal sebagai salah satu tempat pembuangan anggota PKI yang dibantai. Jasad mereka tersebar hampir di seluruh badan gunung Gumitir, bahkan menurut seorang nara sumber, ada yang dibiarkan tergeletak di pinggir jalan begitu saja.
Melihat legenda dan sejarah pembangunan jalan lintas Gumitir tersebut, maka mudah dimengerti jika masyarakat Banyuwangi menganggap wilayah tersebut termasuk anker dan penuh mistis.
Lepas dari kisah misteri yang menyelimuti Gumitir, kondisi sepanjang jalan yang melintasi gunung Gumitir di malam hari yang gelap dan sepi juga boleh dibilang rawan oleh kecelakaan dan kriminalitas. Gangguan kriminalitas di kawasan Gumitir yang umum adalah begal dan bajing loncat. Karena itu sebagai antisipasi, pada masa liburan dan mudik lebaran biasanya pihak kepolisian akan melakukan pengamanan dengan menempatkan sniper.
Lepas dari kisah misteri yang menyelimuti Gumitir, kondisi sepanjang jalan yang melintasi gunung Gumitir di malam hari yang gelap dan sepi juga boleh dibilang rawan oleh kecelakaan dan kriminalitas. Gangguan kriminalitas di kawasan Gumitir yang umum adalah begal dan bajing loncat. Karena itu sebagai antisipasi, pada masa liburan dan mudik lebaran biasanya pihak kepolisian akan melakukan pengamanan dengan menempatkan sniper.
loading...
Namun membandingkan kondisi jalanan Gunung Gumitir di masa lalu dengan sekarang, perbedaannya sangat jauh. Sekarang jalan raya yang membelah Gumitir sudah menjadi jalan yang beraspal mulus dan dilengkapi lampu penerangan jalan yang berdiri di sepanjang jalan sejauh 8 km ini. Meskipun kenyataannya, hampir semua lampu penerangan yang menggunakan energi sinar matahari ini tidak berfungsi lantaran dicuri tangan-tangan jahil! Selain itu, sudah ada fasilitas Rest Area Gumitir yang sangat bermanfaat bagi pengendara jarak jauh untuk beristirahat. Dan disejumlah titik rawan juga dipasang CCTV.
Kondisi jalan Gumitir yang mulus (sumber : Grup FB Pariwisata Kabupaten Banyuwangi/AchHarisEfendi) |
Terlepas dari benar tidaknya faktor mistis seputar patung Gandrung dan gunung Gumitir tersebut, harus diakui jalanan di sepanjang jalur Gumitir memang cukup berbahaya bagi pengendara yang kurang waspada ketika melintasi. Selain jalan yang tidak begitu lebar, banyak tikungan tajam, dan lereng curam di kanan-kiri jalan. Menjelang tengah malam hingga subuh wilayah ini diliputi kabut tebal yang menghalangi jarak pandang normal. Sedangkan di musim hujan rawan dengan longsor dan pohon tumbang. Karena itu bagi pelintas jalan raya Gumitir ini sebaiknya memang selalu hati-hati dan waspada terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan baik yang disebabkan oleh faktor manusia maupun alam. Yang tak kalah penting, jangan ngebut dan ugal-ugalan saat melintasi Gumitir.
Agar selamat dan terhindari dari musibah, sebaiknya para pengendara yang melintasi Gumitir memperhatikan tips berikut yang diberikan oleh seorang bikers :
- Selalu sabar, waspada, patuhi peraturan lalu lintas dan safety first.
- Pastikan anda dan kendaraan anda dalam kondisi prima.
- Gunakan gigi rendah agar kendaraan anda kuat melalui tanjakan dan sebagai engine brake agar kendaraan anda tidak nyelonong ketika melalui turunan.
- Kurangi kecepatan ketika hendak melalui tikungan tajam. Beberapa tikungan di gunung Gumitir termasuk tikungan buta alias blind corner. Disini anda tidak dapat melihat area jalan dan kendaraan lain yang mungkin ada selepas tikungan itu karena tertutupi oleh tebing gunung.
- Ketika hendak melewati tikungan buta, bunyikan klakson di waktu siang atau nyalakan lampu dim di waktu malam untuk memberitahu keberadaan anda pada pengendara kendaraan lain yang mungkin datang dari arah yang berlawanan.
- Selalu berada di jalur yang benar yaitu jalur kita sendiri dengan tidak melewati garis marka yang ada di tengah-tengah jalan. Jalanan di gunung Gumitir cukup sempit sehingga tidak mudah untuk mendahului kendaraan lain. Jika ingin mendahului kendaraan lain, lakukan dengan hati-hati dan di lokasi yang diijinkan.
- Tidak melakukan pengereman mendadak dan tidak menginjak rem terus menerus.
- Berhenti di rest area untuk mengistirahatkan badan dan kendaraan anda, misalnya di Cafe Gumitir yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII. Berhenti selama 30 menit sampai 1 jam dapat menurunkan suhu rem dan mengembalikan komponen rem seperti kampas, cakram, minyak rem, dan lain-lain ke posisi normal.
- Walau anda yakin kendaraan anda termasuk irit BBM, usahakan mengisi bahan bakar kendaraan anda dengan cukup. Diatas gunung Gumitir tidak ada penjual bensin eceran apalagi SPBU.
- Jaga agar kendaraan anda tidak overheat. Jika ada tanda-tanda overheat, segera berhenti di tempat yang aman. Beberapa titik di tepi jalan gunung Gumitir cukup luas untuk menampung kendaraan roda empat.
Ikuti tips tersebut saat melintasi Gumitir dan jangan lewatkan pemandangan di sepanjang jalan Gumitir yang cukup indah untuk dinikmati.
0 komentar:
Post a Comment