Thursday, July 28, 2016

Dari Anak Negeri Sendiri! Pemuda Jember Ciptakan Mesin Penjernih Air

 

Keterbatasan perlengkapan bukan halangan untuk bermanfaat bagi sesama. Angger Prasetyo telah membuktikannya. Anak muda yang tinggal di Jalan KH Abdus Syukur, Kecamatan Sumbersari, Jember, itu berhasil menciptakan penjernih air.

Penjernih air tersebut berbentuk kotak dan berbahan plastik. Alat itu dibuat dari rangkaian elemen elektronik. Meski tampak sederhana, alat yang diberi nama Ozonae itu mampu mensterilisasi air kotor menjadi jernih.

Ozonae yang diciptakan sarjana Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Batan Jogjakarta itu merupakan sebuah mesin yang mengubah atom oksigen O2 menjadi ozon. Mesin bekerja dengan bantuan discharge sinar ultraviolet yang dihasilkan listrik bertegangan 20 kv pada frekuensi 50 Hz. Mesin tersebut digadang-gadang mampu melawan pencemaran air.

Angger tidak hanya mengklaim hasil penemuannya. Sejumlah bukti hasil penelitian mampu dideskripsikan dengan baik dan detail. Belum lagi soal pengakuan konsumen mesin yang sudah dimanfaatkan masyarakat berbagai kota hingga negara tetangga, Brunei Darussalam, itu.

Selain dimanfaatkan untuk kepentingan rumah tangga seperti sterilisasi air mandi dan minum, mesin tersebut digunakan banyak pemilik kolam ikan. ”Cocok juga untuk kolam ikan. Apalagi kolam ikan lele. Bisa membantu optimalisasi hasil panennya,” kata pemuda berumur 25 tahun itu.

Angger menjelaskan, bakteri jahat yang terkandung di dalam air kolam lele akan terbunuh karena ozon yang dihasilkan mesin ciptaannya. Selain bakal lebih aman terhadap kerentanan gagal panen, lele tidak begitu membutuhkan makanan yang berlebih. Semua terjadi karena optimalisasi.

Mesin ciptaan Angger sangat mudah dioperasikan. Jika mesin sudah tersambung dengan aliran listrik, tombol on tinggal ditekan untuk menghidupkan mesin. Selang air kecil yang menempel di mesin tersebut ditenggelamkan ke air yang menjadi objek. Setelah itu, muncul reaksi yang ditandai dengan menggelembungnya air.

”Mesin menghasilkan ozon ketika muncul bau amis ozon,” ung¬kapnya. Begitu pula saat memproses air mentah menjadi layak konsumsi.

Angger mengakui, treatment untuk kolam lele dan air minum berbeda meski tidak terlalu signifikan. ”Hanya waktu pemrosesan yang berbeda,” ucapnya.

Sulung di antara empat bersaudara pasangan suami istri Peni Pintarto dengan Yani itu sudah enam bulan memproduksi mesinnya. Dia dibantu dua pemuda di kampungnya yang menganggur. Sebelum memproduksi mesin ”ajaib” tersebut, dia membutuhkan waktu tiga bulan untuk melakukan penelitian. Sama seperti pencipta alat yang lain, penelitian diawali dengan kegagalan yang diiringi dengan penyempurnaan.

”Mesin saya tercipta karena ayah menantang saya,” ujarnya.
Maklum, ayah Angger adalah salah seorang pegawai di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jember. Setelah mampu men¬ciptakan mesin sterilisasi air itu, dia didukung penuh oleh orang tuanya untuk mengembangkan Ozonae.

Merasa percaya diri karena alat ciptaannya layak dijual di pasaran, Angger menyebar promosi di Facebook. Ternyata benar, produknya laris manis hingga laku dijual ke luar negeri. Dalam sebulan, dia bisa menjual 30 unit mesin. Padahal, satu mesin dijual Rp 1 juta. ”Harga tersebut berbeda dengan ongkos kirim,” tuturnya.

Pria yang aktif di HIPMI Jember itu memiliki mimpi untuk memproduksi mesin tersebut secara masal. Selain ingin menampung tenaga produktif di kampungnya, dia yakin produksi masal lebih mempermurah barang yang dijual. ”Kalau murah, bakal lebih banyak lagi orang yang merasakan manfaatnya,” katanya.

Sejumlah upaya untuk mewujudkan mimpi itu terus dilakukan. Salah satunya adalah pendaftaran hak paten atas produknya. Jadi, tidak ada orang lain yang berani mengklaim temuannya. ”Saya lakukan untuk membuktikan bahwa anak muda di Jember juga berpotensi dan berkualitas,” ungkapnya. (rul/hdi/c5/ami)

0 komentar:

Post a Comment

Berita Acak