Wednesday, July 27, 2016

Kisah Tragis Angeline Segera Tayang di Layar Bioskop

 

BANYUWANGI – Kisah nyata Angeline, bocah usia 8 tahun kelahiran Banyuwangi, yang dilaporkan hilang dan ditemukan dalam kondisi tak bernyawa coba dituangkan dalam sebuah film. Ya, seorang produser film eksekutif bernama  Niken Septikasari berhasil membuat film yang menceritakan asal-usul dan jalan hidup Angeline sampai diangkat anak oleh seorang wanita bernama Margriet dan suaminya yang tinggal di Denpasar.

Dalam keluarga Margriet, Angeline hidup pula bersama dua anak Margriet, yaitu Kristin dan Ivone. Kini masyarakat Banyuwangi yang ingin menyaksikan kisah hidup Angeline bisa menontonnya di bioskop New Star Cineplex Banyuwangi.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Trans migrasi Banyuwangi, Alam Sudrajat, mengatakan film yang disutradarai Djito Banyu itu terinspirasi kisah nyata yang terjadi di Denpasar, Bali, pada 2015 lalu. Seorang bocah bernama Angeline  ditemukan terkubur di  halaman belakang rumah orang  tua angkatnya.

Pemutaran film Untuk Angeline itu diputar perdana di bioskop pada 21 Juli 2016 dalam peringatan  Hari Anak Nasional (HAN) yang  jatuh pada 23 Juli. Artis yang berperan dalam film itu adalah Kinaryosih. Dia memerankan sosok ibu kandung Angeline bernama Samidah.

Selain Kinar yosih, sederet artis juga terlibat dalam film itu, yakni Naomi Ivo, Teuku Rifnu Wikana, Roweina Umboh, Paramitha Rusady, Dewi Hughes, dan Hans De Kraker. “Film ini bagus untuk dilihat, apalagi punya tujuan  sebagai pengingat pada semua orang tua tentang pentingnya menjaga dan mendidik anak  dengan baik,” katanya.

Alam mengatakan, dalam peluncuran film Untuk Angeline, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mendapat penghargaan dari pemerintah karena konsen dalam perlindungan anak. ”Ini kian memacu kami untuk terus berbenah dalam upaya melindungi anak,” kata Bupati Anas saat peluncuran film  tersebut yang dihadiri Menteri  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana  Susana Yembise.

Hadir juga sejumlah aktivis hak anak, seperti Ketua Lembaga  Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi alias Kak Seto. Dikatakan Bupati Anas, program-program Pemkab  Banyuwangi telah mengacu pada lima hak anak sesuai Konvensi Hak Anak PBB.

Lima hak anak itu adalah hak sipil, lingkungan  keluarga dan pengasuhan, kesehatan dasar, pendidikan dan kegiatan budaya, serta perlindungan khusus. Seperti perlindungan  khusus, Banyuwangi telah membentuk Banyuwangi Children Center (BCC) yang berupaya mewujudkan lingkungan keluarga tanpa kekerasan. (radar)

0 komentar:

Post a Comment

Berita Acak