Thursday, July 14, 2016

Sambut Puter Kayun, Warga Wajib Suguhkan Ketupat untuk Acara Kupat Sewu

 

KETUPAT atau orang Banyuwangi biasa menyebut kopat selalu identik dengan Lebaran. Masyarakat mengenal  dua kali Lebaran. Pertama adalah  Idul Fitri 1 Syawal dan kedua adalah Lebaran Ketupat pada 8 Syawal, setelah  puasa sunah enam hari pada Syawal.

Biasanya, Lebaran Ketupat selalu dibarengi tradisi selamatan. Ketupat yang dibuat warga itu juga biasanya dibagi-bagikan kepada saudara dan tetangga. Fenomena itu hampir terjadi di setiap desa di Banyuwangi. Tujuannya, sebagai ungkapan rasa syukur bahwa kewajiban  menjalankan puasa dan Lebaran  telah selesai.

Di Kelurahan Boyolangu tradisi Lebaran Ketupat dilaksanakan pada malam 7 Syawal atau pada hari Selasa (12/7) kemarin. Di sana warga menggelar Lebaran Ketupat dengan cara melaksanakan selamatan di sepanjang jalan desa.

Warga menggelar tikar di depan rumah masing-masing dan menyajikan sebuah makanan khas Lebaran Ketupat, yakni ketupat dan opor ayam.  Seluruh warga dipastikan mengeluarkan ketupat yang telah dibuat sejak pagi harinya.

Jika  dihitung-hitung ketupat yang  disajikan dalam selamatan di Boyolangu mencapai seribu lebih. Agar tradisi itu terus dilaksanakan dan terkemas dengan baik, masyarakat setempat dan pemerintah desa mengemas tradisi itu dengan  nama Kupat Sewu.

Selamatannya seperti selamatan kampung pada umumnya. Yang membuat beda adalah menu yang disajikan, yakni ketupat. Hampir dipastikan tidak ada nasi  yang disajikan. Semua menu makanan dalam bentuk ketupat.

Di awal acara yang dilaksanakan setelah salat Magrib itu, warga yang sudah berkumpul di depan rumah masing-masing mendengarkan sebuah ceramah dan  doa dari sesepuh desa. Melalui pengeras suara di masjid, sesepuh itu memanjatkan sebuah doa yang intinya di momen  Lebaran Ketupat tersebut  warga Boyolangu bisa selamat  dari mala petaka.

Selamatan tersebut juga sebagai wujud  syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa karena telah diberi rezeki. Nah, setelah doa dipanjatkan  dan semua warga mengamini,  barulah ketupat dan opor ayam dimakan bersama-sama.

Seluruh  warga tampak sangat menikmati menu ketupat itu. Tamu undangan Pemkab Banyuwangi yang diwakili Asisten Pembangunan  dan Kesra, Wiyono. Sejumlah turis mancanegara juga terlihat membaur bersama masyarakat menikmati ketupat itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi,  M. Yanuarto Bramuda,  mengatakan tradisi Kupat Sewu warga Boyolangu sebenarnya sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu. Namun, beberapa tahun  terakhir mati suri.

Pemkab menghidupkan kembali tradisi  itu dan mengemasnya menjadi  lebih menarik.  Tradisi Kupat Sewu merupakan salah satu rangkaian tradisi masyarakat Boyolangu dalam  menyambut Puter Kayun yang selalu dilaksanakan setelah  Lebaran Ketupat.

Selain itu, tradisi itu juga dilakukan warga mengenang sesepuh mereka, yakni Buyut Jakso, yang dulu dipercaya  sebagai pembabat alas di Boyolangu. “Tujuannya agar  warga diberi rezeki dan terbebas dari musibah,” jelas pria yang  akrab disapa Bram itu. (radar)

0 komentar:

Post a Comment

Berita Acak