KETUPAT atau orang Banyuwangi biasa 
menyebut kopat selalu identik dengan Lebaran. Masyarakat mengenal  dua 
kali Lebaran. Pertama adalah  Idul Fitri 1 Syawal dan kedua 
adalah Lebaran Ketupat pada 8 Syawal, setelah  puasa sunah enam hari 
pada Syawal.
Biasanya, Lebaran Ketupat selalu 
dibarengi tradisi selamatan. Ketupat yang dibuat warga itu juga biasanya
 dibagi-bagikan kepada saudara dan tetangga. Fenomena itu hampir terjadi
 di setiap desa di Banyuwangi. Tujuannya, sebagai ungkapan rasa syukur 
bahwa kewajiban  menjalankan puasa dan Lebaran  telah selesai.
Di Kelurahan Boyolangu tradisi Lebaran 
Ketupat dilaksanakan pada malam 7 Syawal atau pada hari Selasa (12/7) 
kemarin. Di sana warga menggelar Lebaran Ketupat dengan cara 
melaksanakan selamatan di sepanjang jalan desa.
Warga menggelar tikar di depan rumah 
masing-masing dan menyajikan sebuah makanan khas Lebaran Ketupat, yakni 
ketupat dan opor ayam.  Seluruh warga dipastikan mengeluarkan ketupat 
yang telah dibuat sejak pagi harinya.
Jika  dihitung-hitung ketupat yang 
 disajikan dalam selamatan di Boyolangu mencapai seribu lebih. Agar 
tradisi itu terus dilaksanakan dan terkemas dengan baik, 
masyarakat setempat dan pemerintah desa mengemas tradisi itu dengan 
 nama Kupat Sewu.
Selamatannya seperti selamatan kampung 
pada umumnya. Yang membuat beda adalah menu yang disajikan, yakni 
ketupat. Hampir dipastikan tidak ada nasi  yang disajikan. Semua 
menu makanan dalam bentuk ketupat.
Di awal acara yang dilaksanakan setelah 
salat Magrib itu, warga yang sudah berkumpul di depan rumah 
masing-masing mendengarkan sebuah ceramah dan  doa dari sesepuh desa. 
Melalui pengeras suara di masjid, sesepuh itu memanjatkan sebuah doa 
yang intinya di momen  Lebaran Ketupat tersebut  warga Boyolangu bisa 
selamat  dari mala petaka.
Selamatan tersebut juga sebagai wujud 
 syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa karena telah diberi rezeki. Nah, 
setelah doa dipanjatkan  dan semua warga mengamini,  barulah ketupat dan
 opor ayam dimakan bersama-sama.
Seluruh  warga tampak sangat 
menikmati menu ketupat itu. Tamu undangan Pemkab Banyuwangi yang 
diwakili Asisten Pembangunan  dan Kesra, Wiyono. Sejumlah turis 
mancanegara juga terlihat membaur bersama masyarakat menikmati ketupat 
itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 
(Disbudpar) Banyuwangi,  M. Yanuarto Bramuda,  mengatakan tradisi Kupat 
Sewu warga Boyolangu sebenarnya sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu. 
Namun, beberapa tahun  terakhir mati suri.
Pemkab menghidupkan kembali tradisi  itu
 dan mengemasnya menjadi  lebih menarik.  Tradisi Kupat Sewu merupakan 
salah satu rangkaian tradisi masyarakat Boyolangu dalam  menyambut Puter
 Kayun yang selalu dilaksanakan setelah  Lebaran Ketupat.
Selain itu, tradisi itu juga dilakukan 
warga mengenang sesepuh mereka, yakni Buyut Jakso, yang dulu dipercaya 
 sebagai pembabat alas di Boyolangu. “Tujuannya agar  warga diberi 
rezeki dan terbebas dari musibah,” jelas pria yang  akrab disapa Bram 
itu. (radar)
 

 
 
 
 
 
0 komentar:
Post a Comment