Sesuai namanya, Komunitas Peduli Wisata Banyuwangi (Kopiwangi) ini tidak hanya komunitas jalan-jalan untuk bersenang-senang. Setiap lokasi wisata yang dikunjungi akan diperhatikan. Bila ada sampah berserakan akan dibersihkan, lantas memasang papan imbauan jangan membuang sampah sembarangan.
"Setiap lokasi wisata yang kami datangi, pasti ngadakan kegiatan sosial. Tidak hanya jalan-jalan. Ada yang bersihin sampah. Lebih sering bersih pantai sama memasang papan imbauan 'mohon menjaga kebersihan wisata'," tutur Achmad Haris Efendi (24), Ketua Kopiwangi kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (16/4).
Agar tidak merusak lingkungan, kata Haris, pemasangan papan imbauan di pohon tidak menggunakan paku. "Kalaupun dipaku, itu di kayu yang sudah mati. Atau bawa sendiri kemudian kayunya ditalikan di pohon," ujarnya.
Setiap bersih sampah, Kopiwangi juga selalu mengajak pengunjung atau masyarakat sekitar untuk turut serta. Komunitas yang sudah resmi ini seringkali bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi.
Dari daftar Kopiwangi, Banyuwangi memiliki objek wisata berjumlah 100 lebih. "Total wisata alam buatan (seperti kolam renang) dan alam asli yang dilist dari Disbudpar ada 63. Kita tambahi 30 lebih. Sekarang sekitar ada 100 lebih," imbuh Haris.
Komunitas ini mulanya terbentuk dari inisiatif beberapa orang. Saling tukar pendapat di media sosial, salah satunya Haris. Dia dan teman-temannya menilai Banyuwangi di sektor pariwisatanya sudah mulai dikenal. Sedangkan generasi mudanya ingin turut serta berpartisipasi.
"Awal-awal Banyuwangi naik daun. Tapi pemudanya tidak tahu cara berpartisipasi. Terus mendirikan sebuah perkumpulan. Pada 2012, sering chattingan. Bikin logo, bikin AD/ART-nya. Kami kerjakan satu tahun. Baru pada 16 November 2013 kami kumpul di RTH Maron. Awal anggotanya 10 orang yang datang, termasuk saya," ujarnya.
Ada sekitar 45 orang yang hadir untuk membentuk kepengurusan. Saat ini, anggota Kopiwangi sendiri, kata dia, sudah lebih dari 250 orang tersebar di beberapa wilayah. Seperti Banyuwangi Kota, Kecamatan Genteng, Srono, Cluring, Muncar, Tegaldlimo, Sanggar dan Bangorejo.
"Kami enggak ada diklat. Kalau peduli silakan peduli, bergabung. Bikin event, agar acara bisa berjalan, kami yang ngasih fasilitas, soalnya sudah legal kominitasnya. Niat awalnya bisa berpartisipasi ke masyarakat. Entah pemerintahnya siapa kami enggak lihat, kami independen. Pokoknya bupatinya baik kami dukung, niatnya baik kami dukung," papar Haris.
Kopiwangi, kata Haris, sudah seringkali diundang untuk ikut serta menjadi panitia dalam Banyuwangi Festival. Seperti Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Tour de Ijen dan lainnya. Dari situ, Kopiwangi bisa membantu melibatkan masyarakat untuk turut berpartisipasi.
Kopiwangi, kata Haris, sudah seringkali diundang untuk ikut serta menjadi panitia dalam Banyuwangi Festival. Seperti Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Tour de Ijen dan lainnya. Dari situ, Kopiwangi bisa membantu melibatkan masyarakat untuk turut berpartisipasi.
"Kami ingin pemuda Banyuwangi yang jauh-jauh di utara. Yang enggak pernah tahu Banyuwangi Festival, enggak pernah tahu jalan-jalan. Kami edukasi," imbuhnya. Kopiwangi juga sudah membuat e-book Banyuwangi Tourism sebagai buku pegangan para anggotanya.
Kopiwangi juga memiliki website untuk mengunggah video, foto dan informasi tentang wisata. "Pemuda yang gabung ke kami itu diajari. Satu jadi reporter wisata, di lokasi wisata ada yang jadi host acara, ada yang nyuting. Jadi host-nya bergantian biar tahu gimana bicara depan umum," ujarnya.
Kopiwangi juga mengajari bagaimana membuat event kepada anggotanya. Ke depan, komunitas ini akan melengkapi perlengkapan kamera SLR dan drone. "Agar teman-teman bisa eksplore bikin beritanya. Nanti rencana juga buat tabloid wisata," tuturnya.
(MT/MUA)
0 komentar:
Post a Comment